Hati mungkin adalah hal yang paling sulit untuk
dilindungi. Sekalipun Anda sudah jauh-jauh bepergian ke suatu tempat suci,
bahkan di tanah air, terkadang bisa saja terjadi hal-hal yang mengganggu
ketenangan pikiran Anda. Dimulai ketika Anda menjadi cemas atau jengkel dengan
tindakan orang lain tanpa menyadarinya, dan berakhir membicarakan orang lain.
Bahkan, Nabi Muhammad SAW bersabda: Faktanya, ada segumpal daging di dalam
tubuh ini. Ketika Anda menjadi lebih baik, seluruh tubuh Anda juga menjadi
lebih baik. Dan jika itu rusak. Hal ini akan menyebabkan kerusakan pada seluruh
tubuh Anda. pengetahuan! Bahkan di tempat suci pun kita akan menghadapi cobaan
hati. “Mungkin ada berkali-kali lebih dari itu. Mulai dari teman sekamar,
katering makanan yang tidak sesuai
selera, fasilitas haji yang kurang optimal, jamaah dari negara lain yang
terkesan memiliki adat istiadat yang aneh, dan masih banyak lagi. Sekalipun
Anda berpikir Anda baik-baik saja, terkadang Anda tidak bisa berbuat apa-apa.
Bagaimana caranya mensucikan hati?...
Pertama, sesuaikan niatmu (lilahi taala). Tanyakan
pada hati nurani Anda yang terdalam. Mengapa pergi ke tempat suci?
Benarkah niat kita hanya untuk memenuhi
panggilan Allah SWT? Atau akankah lebih dari itu? Apakah mereka mempunyai niat
rahasia untuk mendapatkan status dan pengakuan di masyarakat? Jika Anda masih
punya waktu tersisa, sebaiknya manfaatkan setiap tetes waktu yang tersisa untuk
meluruskan pikiran. Dan setiap kali kita menghadapi soal (ujian), kita teringat mengapa kita datang ke Tanah
Suci
Kedua, sadari bahwa kita tidak pernah bisa mengendalikan orang lain. Kita
boleh memerintah dan menuntut, tapi cara mereka bertindak adalah keputusan
mereka sendiri. Ingatlah bahwa satu-satunya hal yang dapat kita kendalikan
adalah diri kita sendiri. Ketika ada sesuatu yang menguji hati kita, kita
selalu mempunyai dua pilihan. Ikuti ego Anda atau bersabarlah. Jangan pernah
tertarik pada amalan keagamaan orang lain (lanaa a'maaluna walakum a'maalukum).
Ketiga, fokus pada ibadah. Bagaimanapun, kami datang
untuk memenuhi panggilan Allah SWT. Kami adalah tamunya. Bagaimana
perasaan pemilik rumah jika para tamu
memikirkan hal lain? Dalam kebaktian satu kali ini, pastikan untuk benar-benar
fokus hanya kepada Tuhan. Tinggalkan masalah Anda di rumah (atau lebih baik
lagi, selesaikan sebelum Anda pergi).
Keempat : Percaya dan sadari bahwa segala sesuatu
adalah ujian keimanan dan ketakwaan dari Allah SWT. Segala sesuatu yang terjadi
di tempat suci, apalagi yang kita anggap jahat, bukan berarti menjadi tempat
pembalasan atas perbuatan kita di masa lalu. Semuanya hanyalah ujian. Tugas
kita adalah mengatasi krisis ini dengan kesabaran dan sikap positif.
Kelima, mensyukuri, menikmati setiap bagian ibadah
haji, dan memahami maknanya. Apapun yang terjadi, harus diapresiasi, dinikmati,
dan dimaknai sebagai bentuk amalan spiritual (riada) untuk mencapai
kesempurnaan Islam dan nikmat iman. Dengan mensucikan hati maka ibadah haji
yang dikehendaki Allah akan berjalan lebih lancar dan tanpa beban. Lebih dari
sekedar gelar, mereka benar-benar membuat perubahan positif dan mentransformasi diri mereka sendiri,
keluarga mereka, masyarakat mereka, dan negara mereka. Selamat tinggal,
tamu-tamu Tuhan… Walahu Alam bi al-Shawab.
Oleh : Nabila Sophiana
Tidak ada komentar
Posting Komentar